Reje Bukit Minta Masjid Tue Kebayakan Diperhatikan
Takengon | Lintas Gayo -
Seiring keinginan masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah saat
ini menggali dan melestarikan nilai budaya dan pengembangan pariwisata
daerah, keberadaan Masjid Tue Kebayakan yang terletak di Kampung Bukit
Kebayakan juga diminta turut diperhatikan.
“Masjid Tue Kebayakan merupakan salah
satu aset penting di daerah ini, kami mohon turut mendapat perhatian
dari Pemkab,” kata Reje (sebutan kepala desa di Aceh Tengah-red) Kampung
Bukit, Gamura Ali Bersah di Takengon, Sabtu 27 April 2013.
Perhatian yang dimaksud Reje ini dijelaskan antara lain perluasan halaman, pembangunan pagar pengaman dan biaya perawatan.
Keberadaan Masjid Tue Kebayakan ini,
dijelaskan Gamura, merupakan salahsatu masjid tertua yang masih ada di
Takengon. Dibangun pada tahun 1920 dan mulai digunakan sebagai tempat
ibadat pada tahun 1927 pada masa R. Zainuddin berkuasa sebagai Reje
Bukit terakhir.
Dalam proses pembangunannya, penjajah
Belanda juga sempat menyumbang dana sebanyak 100 Golden. Saat itu,
masjid ini digunakan saat pelaksanaan ibadah Jum’at saja dengan imam
Masjid saat itu Tgk. Imem Aman Baram.
“Dalam proses pembangunannya penjajah Belanda menyumbangkan 100 Golden,” ungkap Gamura.
Sementara itu, salah seorang anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) setempat, Ikhwanussufa, saat
ditanya kemungkinan diperhatikannya keberadaan Masjid Tue tersebut
menyatakan akan berupaya agar Pemkab Aceh Tengah memasukkan program yang
dimintakan Reje Bukit tersebut di tahun 2014.
“Kami akan mencoba menyampaikan usulan
tersebut kepada pihak eksekutif, mudah-mudahan berhasil karena Masjid
Tue tersebut merupakan aset penting di daerah ini,” kata Ikhwanussufa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar